Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bersyukurlah Penduduk Pedesaan Serta Sistem Kesehatan Masyarakat Tradisional Indonesia

Sigerindo Nasional -Sejak virus corona convid 19 menyebar ke seluruh penjuru dunia, terbukti memakan korban nyawa beribu ribu, memaksa rakyat setiap negara menderita terpapar akibatnya, aparat negara dan pemerintah kebingungan mengatur kebijakan terbaiknya, termasuk Indonesia, maka dengan serentak seluruh lapisan masyarakat merasa memasuki suhu hawa suasana mencekam Perang Dunia yang terjadi, dengan menggunakan strategi militer, perang senjata biologis, dalam hal ini senjata biologis virus corona convid 19.

Dengan adanya nyawa diambil dari seluruh lapisan masyarakat, pejabat, birokrat, sipil dan militer, terjadi pergerakan massa besar besaran untuk menyelamatkan diri dan mengkarantina yang terkena virus tersebut, maka di Indonesia di sebut Negara dan Bangsa Kita dalam keadaan Darurat Sipil, Darurat Militer dan Perang terhadap sesuatu di dalam ancaman nyawa dan di balik Corona Convid 19.

Namun pasti ada anomali dan perlindungan Tuhan Yang Maha Esa di manapun makhlukNya berada, khususnya mereka yang beriman, berimun daya perlindungan asupan satuan kandungan alam semesta raya yang masih tradisional, alami dan terjaga tradisinya, seperti Suku Badui di Indonesia; terlebih lebih beraman berlindung di dalam sistem oksigenasi paru paru dunia, sistem tata surya bonus katulistiwa, serta sistem tradisi jalannya budaya selaras dengan alam sekitar alam semesta, bergotong royong ramah santun masyarakatnya, beriman pada Sang Pencipta Sang Pemelihara dan Sang Penjaga Alam Semesta Raya, beserta seisinya, khususnya manusia makhluk mitra kerjaNya, co creatorNya, wakilNya di muka bumi ini.

Secara umum di Indonesia ada yang sedang terbukti, terjadi, khusus di bentangan katulistiwa ini, unik dan aneh bila dibandingkan dengan negara negara lain yaitu TIDAK TERPENGARUHNYA MASYARAKAT DESA DENGAN TERPAAN VIRUS CORONA CONVID 19; mengapa !?!

1. Masyarakat desa dilindungi oleh sistem tata satuan partikel dan gelombang kemurnian suhu hawa iklim dari pepohonan yang kaya dengan oksigen O2 sbg sumber kebutuhan utama hidup kehidupan dan sumber kesehatan manusia di muka bumi ini

2. Masyarakat desa kurang paham dengan istilah dan kebijakan nasional Internasional SOCIAL DISTANCE, sehingga aktifitas mereka tetap seperti biasa, sama seperti pada saat belum ada virus corona convid 19.

3. Bila virus corona convid 19 ini memang diciptakan sebagai senjata pemusnah massal, maka masyarakat desa lah yang pertama selamat, sedangkan masyarakat perkotaan adalah korban pertama dan terbanyak, karena kaum intelektual dan kaum pemimpin kebijakan negara dan bangsalah yang menjadi target serangan serta test test ke positif an virus corona convid, lemahkan dan taklukkan serta takutilah para pemimpin negara dan bangsanya terlebih dahulu.

4. Masyarakat desa sudah terbiasa terkena sinar matahari, dari awal matahari terbit sampai matahari tenggelam, dan tak terprovokasi batasan angka sinar utra violoet, yang mana angka UV alias Ultra Violet hanya sebagaian kecil dari Satuan Kandungan Seutuhnya dari Sinar Cahaya Matahari Sang Surya di bentangan katulistiwa, sehingga kehidupan mereka seperti berjalan kaki, mengangkut hasil pertanian perkebunan perikan, serta aktifitas fisik lainya yang membuat tubuh dalam kondisi panas terpapar terjaga terlindungi sinar cahaya pusat energi galaksi bima saksi sang matahari Kita semua dan bila virus corona convid 19, menempel pada tubuh yang sehat ( panas alami, terjaga alami terpapar sinar matahari alami bukan sinar matahari buatan di negeri china) hanya bertahan beberapa detik saja langsung mati.

5. Masyarakat desa tetap silaturahmi, bercengkrama, berkumpul, pergi ke pasar, ke tempat ibadah sesuai agama dan aliran kepercayaannya masing masing, seperti ke gereja, pure, bukit, sholat berjamaah, sholat Jumat seperti biasa dan mayoritas penduduk desa adalah muslim mampu berdampingan secara rukun sentosa dengan agama lain dan agama asli bangsa Indonesia, kerukunan umat beriman antar agama, antar suku budaya ini merupakan daya imunitas energi masyarakat desa yang beriman tulus iklas dan bersyukur pada alam sekitar semesta raya adanya.

6. Apabila terjadi LOCKDOWN di seluruh wilayah Negara RI maka masyarakat desa lah yang akan tetap tenang, karena kehidupan di pedesaan masih sangat kekeluargaan, banyak sumber pangan seperti : singkong, tales, ketela, sayuran dan jenis makanan lain yang masih cenderung alami dan mayoritas terorganikan oleh alam semesta sendiri, khususnya hujan dan sinar matahari katulistiwa serta asap erupsi energi penetralan pegunungan ring of fire sepanjang pulau pulau di seluruh Indonesia adanya.

7. Masyarakat desa ( khususnya petani dan buruh tani serta para nelayan di seluruh dunia, khususnya di Indonesia ) berdasarkan penelitian sistem imunisasi alami fisiknya sangat kuat bila dibandingkan dengan masyarakat kota, karena mereka sudah terbiasa dengan makanan non kimia ( alami ) seperti singkong bakar, ketela bakar, jagung bakar, pete bakar,dll,bahkan sayuran pun rata rata hanya dimasak dengan air lalu dimakan dengan sambel apa adanya, ini adalah jenis makanan yang sangat sehat tanpa kimia dan akan menjadikan asupan bagi imunitas tubuh secara alami

8. Masih banyak lagi keuntungan keuntungan sebagai masyarakat pedesaan, disaat masyarakat kota panik dan galau dalam menghadapi virus corona convid 19 ini

Sumber lain dari CIA ( Badan Intelegent Amerika Serikat ) mengatakan bahwa hanya masyarakat pedesaan yang di kelilingii pepohonan lah yg akan selamat dari virus corona convid 19 ini.
Sebelum ada virus corona convid 19 sering kehidupan desa sebagai bahan tertawaan dengan istilah

"PENAMPILAN NDESO"

Sekarang 95 % penduduk kota pingin sekali pindah ke desa demi menyelamatkan diri dari serangan virus corona convid 19.
Di tulis oleh
Peneliti Kehidupan sosial desa kota UGM dan disempurnakan oleh Guntur Bisowarno S.Si., Apt
Ketua ASJI
Apoteker Saintifikasi Jamu Indonesia
BERITA TERBARU