Ibu Parmi, Terinspirasi Suami Makan hanya Dengan Lauk Krupuk, Kini Omzetnya Rp90 Juta/Bulan
Sigerindo, Metro--Siapa yang tidak kenal dengan kerupuk? Camilan renyah yang satu ini begitu sangat populer. Kerupuk menjadi salah satu makanan yang tidak boleh dilewatkan saat bersantap. Kerupuk memiliki rasa yang gurih dengan tekstur yang sangat renyah saat digigit. Rasa kerupuk yang nikmat menjadikan makanan ini begitu sangat populer. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa menyukai kerupuk.
Permintaan kerupuk dipasaran
memang tergolong tinggi. Dimana kerupuk ini digandrungi banyak orang sehingga
kebutuhan kerupuk sangat besar di tengah masyarakat. Tingginya peminat kerupuk
membuat bisnis kerupuk ini sangat menguntungkan.
Seperti yang dilakukan Ibu Suparmi ini, beliau
memulai usaha kerupuk pada tahun 2016. Dalam menjalankan usaha rumahan ini pun
modal nya tidak terlalu besar “Yang
penting adalah niat serta semangatnya” ujar Ibu Parmi panggilan akrabnya
saat mengawali percakapan tentang usaha yang dilakoninya selama kurang lebih
empat tahun.
Kini bisnis Ibu Parmi sedikit demi
sedikit membuahkan hasil. Untuk memenuhi permintaan konsumen yang kian
membludak pun dirinya dibantu oleh dua karyawan.
Wanita kelahiran Lampung, 04 Maret 1977
ini mulai berfikir bagaimana caranya membantu suami menghasilkan rupiah dengan
modal yang tidak terlalu besar. Ibu Parmi kemudian terinspirasi setelah melihat
sang suami yang makan hanya dengan lauk kerupuk.
“Awalnya
itu saya hanya ibu rumah tangga biasa dan suami saya hanya bekerja sebagai
buruh. Karena nggak tega, kebutuhan juga semakin banyak jadi saya kepikiran
untuk membuat usaha kecil kecilan” katanya.
Dengan niat yang kuat Ibu
Parmi memberanikan diri meminjam sejumlah uang dari saudaranya yang Ia gunakan
sebagai modal awal membeli kerupuk kepada supplier lalu mengemasnya ulang, kemudian
baru dijual.
Dengan mengorbankan waktu tidurnya ibu
Parmi dan suami berangkat dari rumah menuju stand miliknya yang berlokasi di Pasar
24 Metro menggunakan sepeda motor dengan
membawa dagangan kerupuk miliknya pada pukul 02.00 dini hari. Ibu Parmi menjajakan
dagangannya sampai pukul 08.00 pagi dan itu dilakukan setiap hari.
“Saya merasa puas ketika banyak orang mengkonsumsi
kerupuk yang saya jual. Intinya saya merasa beruntung dan bersyukur karena apa
yang saya berikan dapat diterima oleh banyak orang”.
Dengan kerja keras dan dukungan keluarga, usaha yang Ibu Parmi rintis bersama suaminya akhirnya membuahkan hasil. Sekarang ini sudah ada dua stand di pasar dan dua karyawan yang membantu mengemasi kerupuk-kerupuk miliknya. Dengan tabungan hasil penjualan kerupuk yang disisihkan pun akhirnya Ibu Parmi mampu membeli sebuah mobil seken sebagai kendaraan operasional untuk mengangkut barang dagangan di pasar agar muat dagangannya lebih banyak.
Omzet yang dihasilkan dari usaha kerupuk
ini pun terbilang cukup besar yaitu Rp90 juta/bulan dengan laba sebesar Rp6 juta/bulan.
Untuk sekarang sebagian besar penjualan kerupuk milik Ibu Parmi dilakukan
secara offline tapi beliau tetap menerima pembelian online melalui via WhatApp
(085869474705).
”Saya memiliki rencana untuk menggencarkan promosi usaha
saya melalui media online sebagai cara tambahan. Sehingga usaha saya kedepannya
bisa menjangkau konsumen yang lebih banyak dan luas lagi. Tentu nya tidak lupa
saya akan menambah varian rasa maupun keunikan untuk olahan ini agar konsumen
lebih tertarik”.
Untuk jenis kerupuk yang Ibu Parmi jual
pun bermacam macam, ada kerupuk Palembang, kerupuk udang, kerupuk kemplang,
kerupuk jengkol, dan masih banyak lagi. Tak hanya kerupuk, Ibu Parmi juga
menjual berbagai macam keripik. Harga yang ditawarkan pun sangat bervariasi mulai
dari Rp5-Rp15 ribu per kemasan.
Selain menceritakan perjuangannya
memulai bisnis keripuk, Ibu Parmi juga memberikan tips berwirausaha khususnya
untuk mahasiswa sebagai jiwa muda, “Kalian
harus lihat target pasar kalian itu siapa, range usia nya berapa, dan apakah
cocok untuk dipasarkan bagi setiap kalangan atau tidak. Barulah kalian
mantapkan produk atau apapun yang akan kalian pasarkan. Jangan lupa, berikan
kualitas yang terbaik serta jangan pernah kecewakan pelanggan. Selain itu,
usahakan tidak menjiplak secara persis kreatifitas orang lain. Yang terakhir,
tekun dan jangan mudah menyerah”. (Andrean Alfarizi, Pixel
Cindy Laura Deffana)