Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pelatihan, Dosen Universiti Malaya Sebut Pengukuran Rasch Model Lebih Akurat


BANDAR LAMPUNG --- Riset empiris dalam ilmu sosial meliputi dua jenis riset, yaitu riset kuantitatif dan riset kualitatif. Hal itu disampaikan Bambang Sumintono, Ph.D, dosen dari Fakulti Pendidikan-Universiti Malaya, Malaysia, saat memberikan materi dalam Lecture Note Research Methodology, Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya, Kamis (25/2/2021).

Menurut Bambang, Riset Kuantitatif merupakan data berbentuk angka (hasil pengukuran) yang biasanya didapat dari instrumen tes kognitif atau tes non-kognitif. “Sedangkan riset kualitatif merupakan riset berbentuk kata-kata, yang dihasilkan dari kegiatan pengamatan, bertanya, dan menguji,” kata Bambang.

Bambang yang juga lulusan Education Policy, Victoria University of Wellington, New Zealand (2006) itu juga menjelaskan riset kuantitatif meliputi tiga hal pokok, yaitu, Konseptualisasi Variabel, Mengukur Variabel (instrumen), dan Analisis Variabel dan hubungan antarvariabel (statistik inferensial). “Variabel adalah konsep utama dalam riset kuantitatif,” kata mantan guru Kimia SMA di Lombok, Nusa Tenggara Barat itu.


Lecture Note Research Methodology itu diikuti sekitar 100 dosen IIB Darmajaya dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Fakultas Ilmu Komputer, dengan moderator Aswin, S.E., M.M., Wakil Dekan FEB. Lecture Note Research Methodology juga dibuka oleh Wakil Rektor 1 IIB Darmajaya, Dr. R.Z. Abdul Aziz, S.T., M.T.

Dalam pelatihan itu juga disertai dengan pengujian instrument dengan rasch model itu, Bambang juga menjelaskan mengenai aplikasi Model Rasch untuk penelitian ilmu-ilmu sosial. Menurut dia, penggunaan kuesioner survei dalam penelitian kuantitatif adalah sesuatu yang sudah lazim dilakukan. Di Indonesia, pengujian instrumen riset tersebut saat ini masih terbatas pada teori pengukuran klasik.

“Pada saat yang sama saat ini tersedia pemodelan Rasch (Rasch Model) yang dapat menghasilkan instrumen pengukuran yang lebih baik dan akurat. Sejauh ini, hanya Rasch Model yang merupakan alat analisis yang dapat menguji validitas (kesahan) dan reliabilitas instrumen riset, bahkan menguji kesesuaian person dan item secara simultan. Sesuatu yang belum tersaingi oleh teknik analisis lain,” kata Bambang.

Lebih lanjut Bambang menguraikan Rasch Model juga memiliki beberapa kelebihan karena memenuhi lima prinsip model pengukuran yaitu: pertama mampu memberikan skala linier dengan interval yang sama; kedua, dapat melakukan prediksi terhadap data yang hilang. “Ketiga, bisa memberikan estimasi yang lebih tepat; keempat, mampu mendeteksi ketidaktepatan model: dan kelima, menghasilkan pengukuran yang replicable,” kata dia.

Berbagai kelebihan inilah yang seharusnya dimanfaatkan oleh mahasiswa, peneliti dan akademisi ilmu-ilmu sosial dalam penelitian mereka, untuk mendukung hasil temuan riset yang lebih berkualitas. Pengujian instrumen dan pengesahannya adalah hal yang tidak terelakkan.

“Dan unsur esensial sebelum melangkah ke statistik inferensial. Dimana, hasilnya mencoba mendapat jawaban dari pertanyaan riset yang diajukan peneliti dapat menjelaskan kisaran yang masuk akal tentang skor murni dan hubungannya dengan skor mentah,” kata Bambang. (**)
BERITA TERBARU