Menyikapi Video Viral di RSUD Sekayu, Aktivis Sujarnik : Harus di Lihat Secara Adil dan Proposional
Sigerindo.Musi Banyuasin – Menanggapi video viral yang memperlihatkan ketegangan antara seorang dokter di RSUD Sekayu, dr. Syapri, dengan keluarga pasien, seorang aktivis asal Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin, Sujarnik, turut angkat bicara. Ia menyampaikan pendapatnya terkait insiden yang menjadi sorotan publik tersebut.
Video yang beredar luas di media sosial menunjukkan seorang anggota keluarga pasien memaksa dr. Syapri untuk membuka masker dan melontarkan kata-kata bernada tinggi. Insiden ini memicu beragam reaksi, mulai dari kecaman terhadap keluarga pasien hingga tuntutan agar pihak rumah sakit dan aparat hukum bertindak tegas.
Menurut Sujarnik, peristiwa ini harus dilihat dari berbagai sudut pandang.
"Sebagai aktivis, saya melihat ada beberapa hal yang perlu dicermati. Pertama, adalah pentingnya komunikasi yang baik antara tenaga medis dan keluarga pasien. Kejadian ini mungkin berawal dari miskomunikasi atau ketidakpuasan terhadap informasi yang diberikan," ujar Sujarnik kepada media, Kamis (14/8/2025) di Sekayu.
Ia menambahkan, hak pasien untuk mendapatkan informasi yang jelas dan transparan adalah hal yang fundamental. Namun, di sisi lain, tindakan kekerasan verbal atau pemaksaan terhadap tenaga medis tidak dapat dibenarkan.
"Dokter juga memiliki hak untuk bekerja dalam lingkungan yang aman dan bebas dari ancaman," tegasnya.
Sujarnik mengimbau agar kedua belah pihak dapat menyelesaikan masalah ini secara damai dan profesional, dengan mediasi yang adil.
Ia juga meminta pihak berwenang, termasuk Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dan pihak rumah sakit, untuk meninjau kembali standar operasional prosedur (SOP) komunikasi dengan pasien dan keluarga, guna mencegah kejadian serupa terulang kembali.
"Kasus ini seharusnya menjadi momentum untuk perbaikan sistem, bukan sekadar saling menyalahkan. Kita harus memastikan pelayanan kesehatan di Musi Banyuasin tetap optimal tanpa mengorbankan keamanan dan kenyamanan semua pihak," tutup Sujarnik.(iwan)
Video yang beredar luas di media sosial menunjukkan seorang anggota keluarga pasien memaksa dr. Syapri untuk membuka masker dan melontarkan kata-kata bernada tinggi. Insiden ini memicu beragam reaksi, mulai dari kecaman terhadap keluarga pasien hingga tuntutan agar pihak rumah sakit dan aparat hukum bertindak tegas.
Menurut Sujarnik, peristiwa ini harus dilihat dari berbagai sudut pandang.
"Sebagai aktivis, saya melihat ada beberapa hal yang perlu dicermati. Pertama, adalah pentingnya komunikasi yang baik antara tenaga medis dan keluarga pasien. Kejadian ini mungkin berawal dari miskomunikasi atau ketidakpuasan terhadap informasi yang diberikan," ujar Sujarnik kepada media, Kamis (14/8/2025) di Sekayu.
Ia menambahkan, hak pasien untuk mendapatkan informasi yang jelas dan transparan adalah hal yang fundamental. Namun, di sisi lain, tindakan kekerasan verbal atau pemaksaan terhadap tenaga medis tidak dapat dibenarkan.
"Dokter juga memiliki hak untuk bekerja dalam lingkungan yang aman dan bebas dari ancaman," tegasnya.
Sujarnik mengimbau agar kedua belah pihak dapat menyelesaikan masalah ini secara damai dan profesional, dengan mediasi yang adil.
Ia juga meminta pihak berwenang, termasuk Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dan pihak rumah sakit, untuk meninjau kembali standar operasional prosedur (SOP) komunikasi dengan pasien dan keluarga, guna mencegah kejadian serupa terulang kembali.
"Kasus ini seharusnya menjadi momentum untuk perbaikan sistem, bukan sekadar saling menyalahkan. Kita harus memastikan pelayanan kesehatan di Musi Banyuasin tetap optimal tanpa mengorbankan keamanan dan kenyamanan semua pihak," tutup Sujarnik.(iwan)