Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PERJAMUAN SESA(A)T: KRITIK TERHADAP KETIDAKJELASAN KEBIJAKAN BUDAYA DI JEMBER.


Sigerindo Jember - Jember 14 Januari 2020, Kawasan Wilayah Bioregion Jember sesungguhnya adalah salah satu barometer kehadiran Peradaban sungai Pegunungan Hyang atawa Iyang yang menyumberkan Sungai Badadung, sepanjang pegunungan Hyang menuju laut Samudera Hindia, Tembakau Puger dan Pelelangan Ikan Pantai Puger, ada catatan real dari persembahan Perjalanan Peradaban Manusia Sedunia lewat Tembakau Puger dan Perjalanan Sungai Badadung dari Pegunungan Hyang Kabupaten dan Kota Jember, yang membuka ruang Pembelajaran Literasi dan Numerasi dari Antrologi dan Sosiologi Manusia Jawa Timur, Manusia Jember, Manusia Nusantara dan Manusia Indonesia, sejak dahulu, kini dan seterusnya, sudah dengan iklas, bahagia, gembira hingga penuh syukur dalam sujud kesadaran kedekatan mereka-kita dan Anda sekalian pada Alam Semesta Raya dan Sang Pencipta Kita Semua, " Demikian rasa, harga diri dan martabat ke Indonesia an Kita semua, yang ditemukan dan dijumpai Guntur Bisowarno, Seniman dan Budayawan Bamboo Spirit Nusantara, atas peran serta semua kekayaan alam dan sumber daya manusia Indonesia untuk Dunia dan Semesta, dahulu kini dan seterusnya. [14/12/2020]

"Kita bisa membayangkan dan bagaimana rasa nasib generasi selanjutnya dan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, saat Pejabat Negara dan Direktorat Departemen Pariwisata, Kebudayaan dan Pendidikannya, apatis dan skeptis, terhadap fenomena dan nomena dari perkara kelangsungan kehadiran dari bentuk wujud tata nilai dan konsep hidup berkehidupan nenek moyang Bangsa dan Negara Republik Indonesia Kita semua ini, sehingga Kita perlahan lahan, namun pasti bakal kehilangan Keyakinan dan Kepercayaan Diri Mereka, atas Kronologis dan Sistematika Tata Nilai yang terkandung di dalam seluruh proses Seni Budaya Hidup Berkehidupan Peradaban Bangsa Negara Kita sendiri, dari Bahan Alam, yang penuh simbol serta penuh kandungan nilai nilai fungsi guna manfaat bagi kesehatan dan keutuhan martabat manusia seutuhnya, baik badan, jiwa dan ruhnya. Media Seni Budaya adalah salah satu Sarana dan Prasarana Real menyejarah dan mendarah daging dari segenap Infrastruktur Keterjagaan, Ketersediaan Keluhuran dan Kepekaan Manusia berjiwa Luhur Mulia selaras dengan Keharmonisan Alam dan ketersediaan sumber daya hidup manusia lokal, Indonesia dan Dunia, yang berkesinambungan secara seimbang di setiap kebutuhan hidup vital; tabah, udara, air, pangan, papan, sandang, hingga kebutuhan kehadiran para ahli hikmah seni budaya peradaban; yang mampu berkolaborasi nyata dengan para pekerja, para petani, para pemimpin di Negara Pemerintah Republik Indonesia di mana pun mereka berada dan bertugas sesuai fungsi dan maksud tujuan Negara Republik Indonesia ini di dirikan." lanjut Guntur Bisowarno, yang secara fungsional bekerja dan belajar aktual di lapangan bidang garap dan gugus tugasnya, sebagai Ketua Apoteker Saintifikasi Jamu Indonesia; Sinergitas ASJI 2020 - 2024

Berita dan Kabar dari Belahan Kota dan Kabupaten Jember 13/12/2020 membuat kita terhenyak dan terjaga perihal kemendesakan dan kegentingan perkara, matinya dan hilangannya kepekaan rasa serta kepedulian Para Pejabat Pengkab Jember Perkara Instrumen dan Infrastruktur Seni Budaya Peradaban dari para Pekerja Seni Budaya Kabupaten Jember yang terabaikan selama ini, inilah bukti buktinya.

Akhirnya, laku kultural, pertunjukan teater publik PERJAMUAN SESA(A)T bisa digelar pada hari ini, Senin, 13 Januari 2019, tepat sesuai jadwal. Setelah melakukan persiapan dibantu oleh Cak Lip dan istrinya, jam 10 persis, Sony Cimot selaku aktor memulai acara di depan gang masuk Jl. Jawa VII. Ia membawa dua kipas berbahan bambu yang sudah diberi logo "emergency", menandakan kondisi kesenian Rakjat yang selalu dikampanyekan penting tapi seringkali dibiarkan menemui kondisi yang menyedihkan. Mengenakan pakaian hitam ala ballerina dan "gongseng" di kedua kakinya, memainkan kedua kipas dengan suasana sedih. Kesedihan itu merupakan cerminan suasana yang sering ia hadapi ketika ngluyur bersama pengurus DeKaje ke komunitas-komunitas seni Rakjat di Jember, baik yang berbasis Jawa maupun Madura dan yang lain. Para seniman yang masih setia menjalani budaya lokal itu seperti dibiarkan berjuang sendiri. Meskipun tidak mengeluh seringkali muncul pertanyaan dan kesedihan, karena Pemkab sebagai representasi Negara nyatanya belum hadir. Sementara, menurut UU Pemajuan Kebudayaan Tahun 2017, mereka memiliki tanggung jawab besar dalam setiap upaya pemajuan kebudayaan, baik yang berupa pemertahanan, pengembangan, maupun permberdayaan

Beberapa menit berakting di depan gang Jawa VII, aktor melanjutkan perjalanan ke Jembatan Jawa. Di sini ia kembali beraksi, berlari-lari sembari memainkan kipas sehingga suara "krimpying" terdengar nyaring. Meskipun tanpa adanya kejelasan program yang dibuat Pemkab Jember, para seniman itu masih bersemangat untuk mempertahankan budaya lokal Jember. Bayaran yang cukup minim dari setiap pergelaran tidak menyurutkan niat dan kecintaan mereka untuk terus bergerak dan bergerak, menemukan kesempatan dan kemungkinan baru untuk melanjutkan proses kultural. Semua omongan manis para pejabat terkait memang sering mereka dengar, tetapi itu semua hanya menjadi perjamuan sesaat. Beberapa dari mereka juga pernah ikut pentas dengan fasilitasi dinas terkait, tetapi pemajuan kebudayaan bukan semata-mata soal pentas. Apalagi, tidak ada kelanjutan program yang bersifat sistematis dan memiliki target yang jelas

Sampai di Bunderan Halmahera, aktor mengelilinginya beberapa kali sebelum akhirnya memainkan sapu lidi berwarna merah. Ia juga membaca puisi. Sapu lidi adalah simbol tentang tuntutan agar Pemkab Jember, khususnya dinas yang terkait pemajuan kebudayaan, diisi orang-orang visioner, bukan orang-orang yang hanya bisa menjalani rutinitas sebagai birokrat. Usaha pengembangan dan pemajuan kebudayaan menuntut keseriusan karena berhadapan dengan manusia, seniman, pewaris, dan bermacam ekspresi serta kepentingan. Ketika para pengelola budaya hanya memberikan keuntungan kepada pihak-pihak tertentu yang disukai, tentu akan sangat merugikan para seniman Rakjat yang telah benar-benar berjuang

Kritik terhadap para birokrat budaya berlanjut di depan pintu gerbang Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember. Aktor memainkan TALAM, yang biasanya digunakan untuk wadah buah, makanan. Talam melambangkan wadah rezeki yang seringkali menjadi orientasi dominan dalam banyak program. Aktor membentur-benturkan talam ke kepalanya, sebagai bentuk kritik kepada mereka yang seringkali memanfaatkan kesenian dan seniman untuk kepentingan pribadi. Tidak berhenti di situ, si aktor juga memenggal topeng dengan pedang kayu. Topeng yang diletakkan di kain hitam itu adalah simbol mereka yang seringkali kongkalikong dan memanfaatkan program untuk kepentingan pribadi, mengabaikan keberdayaan para seniman Rakjat dan upaya pemajuan kebudayaan

Perjamuan Sesa(at) berakhir di depan pintu Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ketika aktor mengantarkan persembahan berupa buah-buahan. Suara seniman MAMACAH menghantarkan kesakraIan 'ritual' untuk mengembalikan buah-buahan yang hanya bersifat sesaat itu karena tidak pernah didasari kejelasan dan keberpihakan kepada perjuangan para pelaku. Ia memukul-mukulkan TALAM ke kepalanya hingga rusak. Itu semua menandakan resistensi yang harus dipilih ketika penguasa tak lagi menunjukkan cara-cara bijak yang bisa mengakomodasi kepentingan para seniman dan pelaku budaya. Meskipun itu semua harus berhadapan dengan kekuasaan, tapi sudah semestinya para seniman terus berjuang. Yang terpenting, ending laku di depan pintu Dinas merupakan usaha untuk mengingatkan penguasa Jember, bahwa mereka punya tanggung jawab dan tidak bisa abai terhadap permasalahan pemajuan budaya di wilayah ini karena sudah diperintahkan undang-undang

Akhirnya, Dewan Kesenian Jember (DeKaJe) menyampaikan terima kasih kepada semua para seniman yang ikut mendukung acara ini. Terima kasih kepada aparat kepolisian Polsek Sumbersari Jember atas pengamanan selama acara berlangsung. Kepada para pengguna Jalan Jawa, Halmahera, dan Karimata, kami mohon maaf apabila perjalanan Anda terganggu sesaat. Selamat berjumpa pada pertunjukan teater publik berikutnya.
Salam Budaya Nusantara Budaya Indonesia, Budaya Manusia Sastra Canggih 2020 2024.
Penulis Ikwan Setiawan dan Guntur Bisowarno
BERITA TERBARU