Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Usaha Kedai Kopi Legend, Dari Hobi Menjadi Bisnis


Sigerindo, Sum-Sel--“Jika akan mulai berbisnis ciptakan hobi terlebih dahulu, ketika sudah hobi jalani dengan sabar, tekuni, untuk masalah hasil itu nanti, yang penting kita berproses terlebih dahulu dan mencari banyak pengalaman.” Demikian ujar Pepen Saputra, pemilik kedai kopi “The Coffee Legend” ketika menceritakan pengalamannya kepada kami saat melakukan wawancara di Desa Sipatuhu, Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Oku Selatan, Sumatra Selatan, baru-baru ini.

Sebelum merintis menjadi pengusaha kopi terkenal, Pepen Saputra sudah menjajal berbagai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada awal Maret 2013 di perusahaan eksportir Lampung sampai 2014, setelah itu pindah ke Jakarta bekerja di perusahaan Finand selama kurang lebih 4 bulan, lalu resign kembali lagi ke Jogja, sekitar 2 tahun bekerja di perusahaan Konsultan Lingkungan membuat amdal UKLPL bekerja di bidang Perizinan.



Merintis awal 2017 sekitar bulan Maret, dari yang hanya penikmat kopi mencoba menjadi pengusaha kopi, karena sewaktu masih menjadi mahasiswa di Universitas Instiper Yogyakarta juga sebelumnya sudah coba-coba usaha kopi “Dulu kemasan masih biasa dikarenakan target masih ke pasar-pasar tingkat menengah dan bawah. Specialty tingkatan ke Kedai-Kedai pasar itu awal sejarahnya,” ungkapnya.

Untuk hambatan pada saat itu terdapat di teknologi, karena teknologi sangat dibutuhkan untuk menjawab permintaan pasar yang banyak. Akses pengiriman juga termasuk kendala dari daerah ke kota pasti mahal, berbeda kalau dari kota ke daerah itu jauh lebih murah. Kalau untuk sekarang hambatan ada pada teknologi mesin roasting dan mesin untuk teknologi pengeringan biji. Jika bisa diadakan itu sangat meringankan dan membantu petani petani di sekitar situ.

“Karena semua target pasar itu menerima dari berbagai kalangan anak muda, dewasa, sampai yang tua, semua pasti suka minum kopi. Dan minum kopi itu tidak mengenal cuaca, mau itu panas, hujan, pagi, siang, sore, maupun malam hari tetap ngopi” kata Pepen. “Kalau untuk saat ini, dari tahun ke tahun dengan berkembangnya kebiasaan ngopi banyak pengusaha baru tumbuh, tapi ketika kita menjadi pendekar harus ada lawan, jadi semakin banyak lawan semakin bagus. Karena disitulah kita bersaing dan berkompetisi, tapi biarlah masyarakat yang merespon bagaimana bisa diterima atau tidak. Karena rejeki itu sudah ada yang mengatur dan tidak akan tertukar” lanjutnya.


Saat ini, kata Pepen, jumlah pegawai di “The Coffee Legend” ada 9 karyawan yang mempunyai tanggung jawab. Strategi pemasaran itu yang utama, kalau untuk bahan baku sudah banyak tersedia karena disitu merupakan daerah penghasil kopi. Di bagian manajemen struktural masih memiliki kendala di strategi pemasaran, karena beberapa waktu yang lalu dirinya telah mencoba menempatkan 4 karyawan khusus bagian pemasaran tetapi tidak berjalan sesuai yang diharapkan.

Untuk pembukaan cabang, Pepen memang sengaja tidak membuka banyak cabang, karena saat ini masih fokus pada ke hulu dulu yakni menyediakan bahan baku berbagi ke teman teman, atau di daerah-daerah yang merupakan outlet untuk berjualan. “Untuk yang kelas tradisional, terdapat 4 Kecamatan yang dari awal sudah dirintis,” katanya. Dari situ perkembangannya membuahkan hasil. Hingga sekarang outlet-outlet di daerah wisata khususnya pusat oleh-oleh, dijual berbagai macam kopi untuk kelas klasik dan premium. Sedangkan untuk masyarakat kelas atas langsung ke Kedai kopi, baik itu yang di kota Palembang, Lampung, Jakarta dan Bandung.

“Alhamdulillah tidak ada kendala sejauh ini, disini saling support, saya selalu eksplore terus menerus di luar daerah. Terkadang ketika ada event, festival yang berhubungan tentang kopi, jika ada waktu saya menyempatkan waktu untuk datang, atau undangan saya juga pasti menyempatkan waktu. Pihak keluarga pun support untuk usaha kopi saya, ketika ada pemesanan jika saya tidak ada di lokasi, pihak keluarga sering membantu,” jawab Pepen ketika kami tanya mengenai dukungan dari berbagai pihak.

Kegiatan saat ini selain menjadi pengusaha kopi, Pepen juga meluangkan waktu untuk Travelling dengan tujuan mengeksplore tentang kopi, ngobrol-ngobrol dengan petani, bagaimana meningkatkan kualitas kopi itu sendiri, bagaimana tentang penghasilan jauh lebih baik lagi dari tahun ke tahun. “Sekira 99% Oku Selatan hasil kopinya itu Robusta. Saya mencoba untuk membina petani yang mau untuk mengembangkan kopi Arabica yang memang diminati pasar.”

Setiap tahun usaha Pepen mengalami perkembangan yang pesat. Target untuk awal tahun sebanyak 500 kg, target 1 tahun selanjutnya sebanyak 1 ton. Alhamdulillah tercapai, katanya. Kedepannya Pepen menargetkan bisa menghasilkan 1 bulan 5 ton kopi dan untuk saat ini baru sekitar 800 kg-1 ton perbulan.

Strategi Pepen dalam membuka usaha yaitu; mempunyai mutu yang jelas dan kualitasnya harus dijaga karena bukan tidak mungkin persaingan-persaingan diluar sana juga akan mencoba hal yang lain. Pepen yakin bahwa proses yang panjang, bahan baku yang bagus, serta mutu yang kualitas tinggi, pasar sendiri yang akan menilainya.  (Amin Al Ikhsan, Fajar Zainuri Hidayat, Ika Rahmawati)
BERITA TERBARU