FKPPIB-KNPI Lampung Gagas Kongres Pemuda III
BANDAR LAMPUNG---Pragmatisme dan meluruhnya jiwa patriotis kaum muda Indonesia saat ini menjadi bahasan serius pada diskusi FKPPIB dan KNPI Lampung. Meski dilaksanakan informal, FKPPIB yang merupakan wadah aspirasi anak-anak karyawan BUMN itu menggagas diselenggarakan Kongres Pemuda III di Indonesia.
“Kami sangat prihatin dengan kecenderungan sikap pemuda yang saat ini cenderung pragmatis. Rasa nasionalisme dan patriotisme untuk bangsa terlihat sangat kurang. Kami tidak tahu persis penyebabnya. Oleh karena itu, kami akan mendorong dilaksanakannya Kongres Pemuda III,” kata Vino Santana, Ketua Harian FKPPIB di Bandar Lampung.
Gagasan itu dicetuskan pada pertemuan silaturahmi pengurus FKPPIB dengan Pengurus KNPI Provinsi Lampung, Ahad (23/7/23).
FKPPIB yang dimotori Vino bersama beberapa pengurus menyambangi Ketua KNPI Lampung Iqbal Ardiasyah. Pada pertemuan itu, mereka pada akhirnya berkukuh untuk menggelorakan kembali sikap heroisme pemuda sebagaimana pernah dilakukan pada Kongres Pemuda I Tahun 1926 dan Kongres Pemuda II Tahun 1928.
Pada pertemuan itu, Iqbal mengingatkan kepada seluruh pemuda, terlebih yang tergabung dalam organisasi kepemudaan untuk menguatkan lagi rasa kebangsaan.
Sebab, kata dia, sejarah bangsa telah membuktikan perubahan-perubahan menuju kebangkitan lahir dari ide, dioperasionalkan, dan dimenangkan oleh gerakan pemuda.
“Bangsa Indonesia punya sejarah panjang tentang perjuangan yang berdarah-darah sehingga bisa merdeka seperti saat ini. Kalau kita cermati, ide untuk keluar dari kondisi buruk sebelumnya itu selalu dimotori pemuda. Oleh karena itu, ketika ada indikasi elemen bangsa terkotak-kotak, kita pemuda harus punya prakarsa baru,” kata dia.
Iqbal menambahkan, situasi bangsa masa lalu sehingga muncul ide Kongres Pemuda pada 1926 dan 1928 adalah karena bangsa ini sedang dijajah bangsa lain. Setelah Kongres Pemuda 1928, kata dia, memang tidak ada lagi penjajahan fisik, tetapi berubah wujud menjadi penjajahan ideologi dan ekonomi. Tak begitu kentara, kata dia, diam-diam elemen bangsa Indonesia terus terpinggirkan oleh pengaruh negatif dari ideologi dari luar.
“Saya kira, sudah saatnya kita dorong semua elemen pemuda di negeri ini untuk menggelar Kongres Pemuda jilid III. Kita memang tidak sedang terjajah fisik, tetapi kita harus melawan penjajahan ideologi yang dibawa asing bersama paham-paham ekonomi makro,” kata dia.
Urgensi Kongres Pemuda III menurut Iqbal sangat mendasar. Dia menyebutkan, dekadensi moral, apatisme kepada nilai-nilai, dan beralihnya kiblat hidup hanya kepada aspek material pragmatis adalah ancaman bagi masa depan bangsa. Sebab, pada sepuluh dua puluh tahun ke depan, kata dia, generasi ini akan memimpin dan menjadi nakhoda kapal besar bernama Indonesia.
“Penguasaan teknologi tinggi itu harus. Mengejar sukses material juga penting. Tetapi semua itu harus dibarengi oleh kematangan nasionalisme bernegara dan bermasyarakat. Tanda-tanda dominasi orientasi pemuda kepada hal-hal yang sangat pragmatis itu sangat jelas. Bahkan, saat ini banyak sekali pemuda yang malas mikir negara. Banyak sekali yang cuma mikir bisnis saja,” tambah dia.
Sepakat dengan pendapat Iqbal, Vino juga mengungkapkan hal yang sama. Ia menilai banyak pemuda saat ini yang meninggalkan kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai patriotik kecuali terpaksa.
“Pemuda sekarang banyak yang tidak hapal teks Pancasila dan berbagai model panji-panji bangsa. Kalau ada tugas dari sekolah maupun kampus saja mereka menyanyikan Lagu Indonesia Raya, misalnya. Di luar, mereka milih bisnis atau bahkan kegiatan yang tidak manfaat,” kata dia yang juga diamini Ketua Bidang Hukum dan HAM FKPPIB Sholicul Anwari.
Dari diskusi itu, baik dari FKPPIB maupun KNPI Lampung mulai merancang berbagai tahapan menuju Kongres Pemuda III.
Meskipun sangat optimistis, para pemuda itu juga membuat opsi yang paling mungkin digelar sebagai wadah mempersatukan lagi energi pemuda yang saat ini berserak hampir tanpa kontrol.
"Kita harus dorong semua elemen pemuda untuk terselenggaranya Kongres Pemuda III. Jika tidak sampai kepada target itu, setidaknya kita bikin Diskusi Nasional Pemuda. Sebab, ini sudah sangat mendesak untuk menyatukan energi pemuda yang kadang berlebih dan salah arah. Indonesia saat ini sedang berada pada Bonus Demografi, yakni ketika jumlah penduduk didominasi usia produktif, termasuk Gen Z dan milenial,” kata dia.
"Mari kita sampaikan kabar baik dari Lampung ini untuk seluruh pemuda di pelosok Nusantara. Kongres Pemuda III ini sangat urgen. Soal waktunya dan teknis lainnya, kita bicarakan lagi,” kata dia. (**)