Katering SPPG Menang Raya Klarifikasi Dugaan Keracunan: Keterlambatan Konsumsi Jadi Faktor Utama
Sigerindo.Kayuagung – Menyikapi pemberitaan terkait dugaan keracunan makanan yang dikaitkan dengan layanan katering MBG, Pengelola SPPG Menang Raya, mitra resmi MBG di Kecamatan Pedamaran, menyampaikan klarifikasi sekaligus hasil evaluasi yang telah dilakukan bersama pihak terkait
Hasil investigasi internal menunjukkan bahwa dugaan timbulnya bakteri E-Coli bisa dari berbagai macam faktor bukan satu satunya bersumber saat proses pengolahan makanan, melainkan dari kontaminasi karena keterlambatan konsumsi, tidak cuci tangan pakai sabun sebelum makan oleh sebagian siswa penerima manfaat
“Berdasarkan pantauan kami, makanan yang didistribusikan pukul 09.00 WIB baru dikonsumsi sekitar pukul 12.30 WIB, bahkan ada yang lebih dari itu. Padahal sesuai standar, makanan seharusnya langsung dikonsumsi atau maksimal satu jam setelah diterima. Kondisi inilah yang sangat berpotensi memicu kontaminasi,” jelas Ari Gosaci, Humas Mitra SPPG Menang Raya.
Ari menegaskan, pada hari kejadian, katering mendistribusikan sebanyak 3.144 paket makanan di 14 titik sekolah. Dari jumlah tersebut, hanya dua sekolah yang melaporkan adanya keluhan dengan total 76 orang
“Fakta ini menguatkan bahwa faktor keterlambatan konsumsi sangat berpengaruh. Sementara dari sisi pengolahan, seluruh proses telah sesuai standar operasional,” tambahnya
Dalam pengolahan makanan, SPPG Menang Raya menerapkan SOP ketat yang diawasi langsung oleh BGN dan instansi terkait, mulai dari pemilihan bahan baku, pencucian sayuran menggunakan air hangat dan garam, penggunaan air bersih untuk memasak, hingga sterilisasi peralatan dapur. Setiap menu juga diuji coba oleh kepala SPPG, ahli gizi dan asisten lapangan sebelum didistribusikan.
“Selama ini, kami tidak pernah mengalami masalah serupa. Bahkan disiplin higienitas karyawan dijalankan ketat, seperti mencuci tangan pakai sabun, pergantian pakaian kerja, pengecekan kesehatan, hingga larangan bekerja bagi yang sakit,” imbuhnya.
Sebagai tindak lanjut, SPPG Menang Raya bersama BGN, BPOM, Dinas Kesehatan Kabupaten OKI dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel telah melakukan langkah perbaikan berkesinambungan, antara lain:
1. Peningkatan infrastruktur dapur untuk menjaga kualitas layanan.
2. Pelatihan bagi karyawan guna memperkuat kompetensi.
3. Edukasi perilaku hidup bersih dan sehat kepada siswa melalui kerja sama dengan puskesmas dan Dinkes OKI
4. Penerapan label batas waktu konsumsi (expired time) pada setiap paket makanan.
“Kami berkomitmen menjaga mutu dan keamanan pangan untuk seluruh penerima manfaat. Kejadian ini menjadi pelajaran bersama agar kedisiplinan konsumsi makanan sesuai waktu yang dianjurkan juga diperhatikan oleh pihak sekolah,” tegas Ari Gosaci.
Dengan demikian, SPPG Menang Raya menegaskan bahwa pengolahan makanan telah sesuai dengan standar, dan keterlambatan konsumsi merupakan faktor dominan yang perlu menjadi perhatian bersama. (Iwan/Team)
Hasil investigasi internal menunjukkan bahwa dugaan timbulnya bakteri E-Coli bisa dari berbagai macam faktor bukan satu satunya bersumber saat proses pengolahan makanan, melainkan dari kontaminasi karena keterlambatan konsumsi, tidak cuci tangan pakai sabun sebelum makan oleh sebagian siswa penerima manfaat
“Berdasarkan pantauan kami, makanan yang didistribusikan pukul 09.00 WIB baru dikonsumsi sekitar pukul 12.30 WIB, bahkan ada yang lebih dari itu. Padahal sesuai standar, makanan seharusnya langsung dikonsumsi atau maksimal satu jam setelah diterima. Kondisi inilah yang sangat berpotensi memicu kontaminasi,” jelas Ari Gosaci, Humas Mitra SPPG Menang Raya.
Ari menegaskan, pada hari kejadian, katering mendistribusikan sebanyak 3.144 paket makanan di 14 titik sekolah. Dari jumlah tersebut, hanya dua sekolah yang melaporkan adanya keluhan dengan total 76 orang
“Fakta ini menguatkan bahwa faktor keterlambatan konsumsi sangat berpengaruh. Sementara dari sisi pengolahan, seluruh proses telah sesuai standar operasional,” tambahnya
Dalam pengolahan makanan, SPPG Menang Raya menerapkan SOP ketat yang diawasi langsung oleh BGN dan instansi terkait, mulai dari pemilihan bahan baku, pencucian sayuran menggunakan air hangat dan garam, penggunaan air bersih untuk memasak, hingga sterilisasi peralatan dapur. Setiap menu juga diuji coba oleh kepala SPPG, ahli gizi dan asisten lapangan sebelum didistribusikan.
“Selama ini, kami tidak pernah mengalami masalah serupa. Bahkan disiplin higienitas karyawan dijalankan ketat, seperti mencuci tangan pakai sabun, pergantian pakaian kerja, pengecekan kesehatan, hingga larangan bekerja bagi yang sakit,” imbuhnya.
Sebagai tindak lanjut, SPPG Menang Raya bersama BGN, BPOM, Dinas Kesehatan Kabupaten OKI dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel telah melakukan langkah perbaikan berkesinambungan, antara lain:
1. Peningkatan infrastruktur dapur untuk menjaga kualitas layanan.
2. Pelatihan bagi karyawan guna memperkuat kompetensi.
3. Edukasi perilaku hidup bersih dan sehat kepada siswa melalui kerja sama dengan puskesmas dan Dinkes OKI
4. Penerapan label batas waktu konsumsi (expired time) pada setiap paket makanan.
“Kami berkomitmen menjaga mutu dan keamanan pangan untuk seluruh penerima manfaat. Kejadian ini menjadi pelajaran bersama agar kedisiplinan konsumsi makanan sesuai waktu yang dianjurkan juga diperhatikan oleh pihak sekolah,” tegas Ari Gosaci.
Dengan demikian, SPPG Menang Raya menegaskan bahwa pengolahan makanan telah sesuai dengan standar, dan keterlambatan konsumsi merupakan faktor dominan yang perlu menjadi perhatian bersama. (Iwan/Team)