(OPINI) KEWASPADAAN DINI DALAM MENGHADAPI PENYEBARAN PENYAKIT MULUT DAN KUKU (PMK) Oleh : Drh. Lela Nurlaela (Fungsional Medik Veteriner Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung)
Sigerindo, Bandarlampung---Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang saat ini sedang mewabah, merupakan wabah virus pada hewan ternak ruminansia. Wabah ini menyebabkan penyakit viral yang sangat menular dan menyerang semua hewan berkuku belah/genap seperti sapi, kerbau, domba, kambing, rusa, unta, dan termasuk hewan liar seperti gajah, antelope, bison, menjangan dan jerapah.
Penyakit mulut dan kuku (PMK) juga dikenal sebagai Foot and Mouth Disease (FMD) yang disebabkan oleh virus tipe A dari keluarga Picornaviridae, genus Apthovirus yakni Aphtaee epizootecae. Masa inkubasi dari penyakit PMK adalah 1-14 hari, yakni masa sejak hewan tertular penyakit hingga timbul gejala penyakit. Virus ini dapat bertahan lama di lingkungan dan bertahan hidup pada tulang, kelenjar, susu serta produk susu.
Angka kesakitan ini bisa mencapai 100% dan angka kematian tinggi ada pada hewan muda atau anak-anak. Tingkat penularan penyakit PMK cukup tinggi, tetapi tingkat kematian hanya 1-5%. Sehingga jika ditemukan ternak terlihat lemah, lesu, kaki pincang, air liur berlebihan, tidak mau makan, dan mulut melepuh agar segera diobati dan dicurigai sebagai penyakit PMK.
Gejala Klinis Hewan Tertular PMK
Gejala pada sapi
1. Terdapat demam (pyrexia) hingga mencapai 41°C dan menggigil
2. Mengalami anorexia (tidak nafsu makan)
3. Penurunan produksi susu yang drastis pada sapi perah untuk 2-3 hari
4. Keluar air liur berlebihan (hipersalivasi)
5. Saliva terlihat menggantung, air liur berbusa di lantai kandang.
6. Pembengkakan kelenjar submandibular.
7. Hewan lebih sering berbaring
8. Luka pada kuku dan kukunya lepas.
9. Menggeretakan gigi, menggosokkan mulut, leleran mulut, suka menendangkan kaki.
10. Efek ini disebabkan karena vesikula (lepuhan) pada membrane mukosa hidung dan bukal, lidah, nostril, moncong, bibir, puting, ambing, kelenjar susu, ujung kuku, dan sela antar kuku.
11. Terjadi komplikasi berupa erosi di lidah dan superinfeksi dari lesi, mastitis dan penurunan produksi susu permanen
12. Mengalami myocarditis dan abortus kematian pada hewan muda,
13. Kehilangan berat badan permanen, kehilangan kontrol panas.
Gejala pada Domba dan Kambing
1. Lesi pada kaki
2. Lesi / lepuh pada sekitar gigi domba
3. Kematian pada hewan muda.
4. Keluar air liur berlebihan (hipersalivasi)
Penyebab Penularan PMK
Virus ini ditularkan ke hewan melalui beberapa cara diantaranya :
1. Kontak langsung (antara hewan yang tertular dengan hewan rentan melalui droplet, leleran hidung, serpihan kulit.
2. Sisa makanan/sampah yang terkontaminasi produk hewan seperti daging dan tulang dari hewan tertular.
3. Kontak tidak langsung melalui vektor hidup yakni terbawa oleh manusia. Manusia bisa membawa virus ini melalui sepatu, tangan, tenggorokan, atau pakaian yang terkontaminasi.
4. Kontak tidak langsung melalui bukan vektor hidup (terbawa mobil angkutan, peralatan, alas kandang)
5. Tersebar melalui udara, angin, daerah beriklim khusus (mencapai 60 km di darat dan 300 km di laut)
Pencegahan Penularan dan Penyebaran Virus PMK
Biosekuriti Barang
1. Disposal yakni pemusnahan barang – barang yang terkontaminasi
2. Dekontaminasi yaitu semua barang yang masuk kandang perlu disanitasi dengan melakukan desinfeksi, fumigasi, atau disinari lampu ultra violet.
Biosekuriti Kandang
1. Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan secara berkala setelah selesai digunakan
2. Melakukan desinfeksi lingkungan sekitar kandang secara berkala dan Dekontaminasi yakni dengan cara mencuci kandang, peralatan, kendaraan, dan bahan-bahan lain yang memungkinkan bisa menularkan PMK dengan deterjen atau disinfektan.
Biosekuriti pada Karyawan Peternakan
1. Karyawan wajib masuk ke ruang semprot disinfektan
2. Karyawan yang masuk kadang harus ganti baju lengkap dengan seragam (APD), sepatu boot, dan masker
Biosekuriti Tamu Kunjungan
1. Tamu yang masuk ke kandang harus ganti baju lengkap dengan seragam lengkap (APD), sepatu boot, dan masker.
2. Tamu masuk ke kandang melalui biosecurity spraying dan harus melakukan celup kaki dan cuci tangan di tempat disinfektan kandang
Biosekuriti kendaraan
1. Security perlu menyemprot Ban dan bagian bawah kendaraan dengan menggunakan larutan disinfektan atau melalui bak dipping kendaraan.
Biosekuriti Ternak
1. Setiap ternak yang baru masuk ke lokasi peternakan perlu ditempatkan terlebih dulu di kandang karantika/isolasi selama 14 hari dan dilakukan pengamatan yang intensif terhadap gejala penyakit.
2. Jika terdapat gejala klinis penyakit, maka segera pisahkan dan dimasukkan ke kandang isolasi dan ditangani lebih lanjut oleh petugas kesehatan hewan dan dilaporkan pada dinas peternakan setempat.
3. Perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan, pengawasan lalu lintas dan pelaksanaan surveilans.
4. Pemotongan hewan terinfeksi, hewan baru sembuh, dan hewan - hewan yang kemungkinan kontak dengan agen PMK.
5. Musnahkan bangkai, sampah, serta seluruh produk hewan pada area yang terinfeksi.
6. Pelarangan pemasukan ternak baru dari daerah tertular
7. Untuk peternakan yang dekat daerah tertular maka ada anjuran untuk melaksanakan Vaksin virus aktif yang mengandung adjuvant
8. Kekebalan 6 bulan setelah dua kali pemberian vaksin, sebagian tergantung pada antigen yang berhubungan antara vaksin dan strain yang sedang mewabah.
Pengobatan dan Pengendalian Ternak
Bagi ternak yang telah terinfeksi virus, maka ada beberapa metode alternative pengobatan dan pengendalian dengan cara berikut ini :
a. Pengobatan pada ternak yang terinfeksi
· Melakukan pemotongan jaringan tubuh hewan yang terinfeksi.
· Kaki yang sudah terinfeksi bisa diterapi dengan chloramphenicol atau larutan cuprisulfat.
· Melakukan Injeksi intravena preparat sulfadimidine
· Hewan yang terserang penyakit harus karantina yakni dipisahkan dari hewan yang sehat selama masa pengobatan
b. Pencegahan pada ternak yang sehat
· Hewan yang tidak terinfeksi harus ditempatkan dalam kandang yang kering dan dibiarkan bebas jalan-jalan.
·Berikan pakan yang cukup untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh hewan yang sehat
· Pada kaki hewan ternak yang sehat diolesi larutan Cuprisulfat 5% setiap hari selama satu minggu, kemudian setelah itu terapi dilakukan seminggu sekali sebagai cara yang efektif untuk pencegahan PMK pada ternak sapi.
Tindakan Pertama Pada Kasus
1. Melaporkan Kasus
Jika ada keluhan dan pertanyaan terkait kasus PMK, maka bisa hubungi petugas peternakan terdekat.
2. Pembuatan Disinfektan Efektif
Pada dasarnya virus PMK tidak tahan pada keadaan asam dan basa. Oleh karena itu disinfektan yang dapat digunakan antara lain:
Sodium hidoxida (soda api) 2% 20 gr/l air
Sodium karbonat (soda cuci/soda abu) 4% 40 gr/l air
Asam sitrat 0,2% 2 gr/l air
Asam asetat (asam cuka) 2% 20 gr/l air
Sodium hypoklorat (pemutih pakaian bayclin, proklin) 3% 57 ml/l air
Cara sederhana pembuatan disinfektan yang efektif untuk PMK : campurkan larutan bayclin (pemutih pakaian lainnya) sebanyak 57 ml ke dalam 1 liter air. Disinfektan ini dapat digunakan untuk kandang, peralatan peternakan, kendaraan, sepatu boot dan lain lain.
Beberapa strategi dan langkah-langkah percepatan pengendalian PMK antara lain :
1. Peningkatan Pembatasan dan Pengawasan Lalu Lintas Ternak
2. Peningkatan Biosecurity peternakan
3. Peningkatan Imunitas ternak (pengobatan dan Vaksinasi)
4. Peningkatan Tracing, Testing dan Treatment
5. Optimalisasi fungsi Tim Satgas, Tim Reaksi Cepat yang sudah terbentuk dan Pejabat Otoritas Veteriner (POV).
Proses Vaksinasi dilaksanakan sesuai target dan dilakukan sesuai dengan Standar Operasinal Prosedur (SOP). Target pertama vaksinasi dilakukan pada ternak-ternak yang berada pada wilayah-wilayah perbatasan dengan kabupaten lain, dengan tujuan ternak yang telah mendapatkan vaksinasi akan mendapatkan kekebalan sehingga dapat menjadi barrier/benteng bagi ternak-ternak yang berada didalam wilayah Kabupaten lain terutama pada sentra-sentra peternakan dan perbibitan dengan skala jumlah pemeliharaan yang besar, hal ini juga untuk meminimalisir penyebaran virus PMK masuk dengan cepat.
Koordinasi dan komunikasi antar elemen baik pada tingkat daerah (Provinsi/Kabupaten) maupun pusat menjadi unsur yang penting dalam penanganan PMK. Kendala yang menghalangi teknis di lapangan harus segera dilaporkan untuk dapat ditindak lanjuti dan diselesaikan dengan lebih cepat.
Wabah PMK perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari pemangku kebijakan dan stakeholder terkait. Meski tidak menjadi isu global sebagaimana wabah flu burung, namun secara domestik PMK memiliki dampak yang signifikan terhadap ekonomi sektoral jangka pendek maupun ketersediaan pangan hewani dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek wabah PMK akan berdampak terhadap turunnya tingkat pendapatan petani yang disebabkan rendahnya daya tawar (bargaining power) dari sisi suplay, selain itu dari aspek benefit memperlebar disparitas keuntungan yang diperoleh antara peternak dan pedagang. Dalam jangka panjang wabah PMK yang tidak terkendali akan berdampak terhadap ketersediaan dan harga pangan, karena ketidakmampuan produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pasar sehingga akan sangat bergantung pada impor.
Meskipun demikian wabah PMK dapat menjadi momentum untuk membenahi tata kelola ternak, khususnya sapi potong, baik pada peternakan rakyat maupun perusahaan swasta. Di sisi hulu Pemerintah harus terus mendorong penguatan kelembagaan peternakan rakyat berbasis korporasi, sehingga peternak memiliki kemudahan dalam mengakses pasar sehingga dapat menekan disparitas keuntungan antara peternak dan pedagang. Sedangkan di sisi hilir Pemerintah perlu menyusun regulasi yang mendorong perusahaan swasta untuk mulai mengembangkan usahanya tidak hanya berbasis ternak hidup, namun dalam bentuk daging segar/beku. ###